Sajak Terima Kasihnya Alis Tebal
Thu, Oct 1, 2015 at 8:14 AM |
#DA :
Pagi ini melihat postingan seorang penulis di beranda facebook yang membagikan 'Sajak Terima Kasih'. Sebuah sajak tentang bagaimana dia bersyukur sudah dilupakan, dihina, diabaikan, dan dijatuhkan. Kali ini, untuk membalas emailmu semalam yang sedikit 'njelimet' untuk jadi bacaan subuh, rasa-rasanya aku ingin juga membuat sajak terima kasih dengn versi sangat sederhana dan maafkan jika tidak sesuai rima. Aku sekarang duduk di meja kerjaku, menunggu mie goreng bikinan si mbak untuk sarapan. Ruangan masih sepi orang. Hanya terdengar suara AC. Semoga bisa konsentrasi untuk mengingatmu beberapa menit sebelum badai kerjaan melanda.
Sajak Terima Kasih
...untukmu, laki-laki yang bentuk wajahnya seperti alien.
Terima kasih sudah membersihkan debu yang ada di tempat duduk depan XXI TIM. Karena, pertama kali dalam hidupku ada laki-laki yang menaruh rasa khawatir akan kebersihan rokku ketika aku sama sekali tidak mengkhawatirkannya. Kotor ya kotor, nanti ada waktunya aku mencuci.
Terima kasih sudah beberapa kali memintaku untuk menutup kaca helm saat menjadi penumpangmu. Karena, aku selalu menoleransi debu-debu yang menempel di wajahku dan menyelinap masuk ke dalam lubang hidungku. Kupikir karena ini tidak akan lama, bukan pula perjalanan jauh, juga aku tidak ingin membuat lipstikku runyam, aku tidak akan merepotkan diri untuk mencari masker membuat wajahku hangat karena tertutup kaca helm. Ketahuilah, hei abang, kondisi wajah yang hangat membuat mataku rawan mengantuk.
Terima kasih sudah mengingatkan sholat subuh dan tahajjud.
Karena, sssst, aku ini selalu sulit untuk bangun subuh. Apalagi kalau sendirian di rumah. Tapi lama-lama aku malu dengan Allah ketika tahu bahwa abang beberapa kali rela menahan hawa kantuk dan dinginnya subuh demi melangkah ke masjid. Aku malu dan berniat memperbaiki diri.
Terima kasih sudah memuji salah satu jilbabku di hari pertama aku menggunakan jilbab syar'i
(yang kebetulan kukenakan hari ini). Karena, itu adalah hari pertama aku mengenakannya. Pikiranku masih dipenuhi dengan kekhawatiran apakah orang lain menerima perubahanku, apakah orang-orang akan menertawakan, apakah cocok dikenakan olehku, apakah aku terlihat kuno, apakah aku siap besok atau lusa mengenakannya kembali? Tapi abang mengatakan 2 kata, 2 kata saja seolah abang telah menyalakan kembang api semangat di diriku. "Jilbabnya bagus". Aku sedikit tersipu dan banyak terharu. Sungguh. Karena opini abang adalah opini pertama yang ingin aku dengar sebenarnya. Saat umay memposting di facebook fotoku mengenakannya, saat semua orang menyukai dan mengomentari, aku menginginkan abang ikut beropini. Tapi ternyata, mengucapkannya secara langsung justru makin mengena.
(yang kebetulan kukenakan hari ini). Karena, itu adalah hari pertama aku mengenakannya. Pikiranku masih dipenuhi dengan kekhawatiran apakah orang lain menerima perubahanku, apakah orang-orang akan menertawakan, apakah cocok dikenakan olehku, apakah aku terlihat kuno, apakah aku siap besok atau lusa mengenakannya kembali? Tapi abang mengatakan 2 kata, 2 kata saja seolah abang telah menyalakan kembang api semangat di diriku. "Jilbabnya bagus". Aku sedikit tersipu dan banyak terharu. Sungguh. Karena opini abang adalah opini pertama yang ingin aku dengar sebenarnya. Saat umay memposting di facebook fotoku mengenakannya, saat semua orang menyukai dan mengomentari, aku menginginkan abang ikut beropini. Tapi ternyata, mengucapkannya secara langsung justru makin mengena.
Terima kasih sudah menjadi sandaran dan sabuk pengaman saat aku tertidur di motor.
Karena, jika Allah saat itu tidak menggerakkan hatimu, aku mungkin akan mendapatkan masa-masa sulit. Kamu malah membuat dirimu menjadi satu-satunya yang kesulitan demi kenyamananku.
Hei, dan kamu meminta maaf malamnya! Wah.
Terima kasih sudah menanyakan bagaimana pekerjaan dan hariku dilalui.
Karena, aku sudah tidak terbiasa untuk mengutarakan apa yang kulalui setiap harinya kepada orang lain. Dulu pernah ada yang mengatakan bahwa aku terlalu banyak mengeluh ketika menceritakan kelelahan dan kerumitan pekerjaanku dan aku hanya bisa menjawab, "Hei, kamu sendiri yang menanyakan bagaimana aku hari ini, bila terdengar banyak hal yang melelahkan dan merumitkan, itu memang kejadian."
Terima kasih sudah tidak menganggapku perempuan murahan.
Karena, aku tahu beberapa orang menganggap sikapku belakangan ini sangat mencurigakan. Aku memutuskan g****g, melamarmu, memutuskanmu, lalu mengatakan akan dikenalkan dengan laki-laki lain. Aku tidak peduli apa anggapan orang terhadapku, tapi anggapanmu akan sangat berarti untukku. Jadi, aku sangat menjaga sekali diriku saat bersamamu.
Terima kasih sudah pernah menyebutku dalam doamu.
Karena, sebuah kebanggaan untukku ketika ada orang lain yang bukan orang tuaku mampu menyisipkan diriku yang kecil dan berkualitas rendah ini di dalam permintaannya pada seorang Raja Agung penguasa alam.
Jangan berhenti menjadi orang terdekat. Biarkan aku menulis sajak terima kasih seperti ini untukmu hingga aku lupa caranya untuk menggerakan jari.
========
hmm.. not bad, terlihat 'sedikit' berlebihan, membuatku harus banyak beristighfar.
sering dilatih ya menulisnya non, jujur kalau aku sih yes, gak tau mas Anang..
========
hmm.. not bad, terlihat 'sedikit' berlebihan, membuatku harus banyak beristighfar.
sering dilatih ya menulisnya non, jujur kalau aku sih yes, gak tau mas Anang..
Tidak ada komentar: